Raja Eropa Adalah

Raja Eropa Adalah

Daftar juara European Cup/Liga Champions:

15 - Real Madrid7 - AC Milan6 - Liverpool, Bayern Munich5 - Barcelona4 - Ajax3 - Manchester United, Inter Milan2 - Benfica, Nottingham Forest, Juventus, Porto, Chelsea1 - Celtic, Feyenoord, Aston Villa, Hamburg, Steaua Bucuresti, PSV Eindhoven, Red Star Belgrade, Marseille, Borussia Dortmund, Manchester City.

Artikel ini telah tayang di detikSport. Baca selengkapnya di sini!

Diperbarui: 27 Mei 2018, 06:14 WIB Diterbitkan: 27 Mei 2018, 06:14 WIB

Terdapat 10 negara yang pernah menjadi kampiun sepak bola di benua Eropa. Jerman dan Spanyol adalah dua negara tersukses di Kejuaraan Piala Eropa, sama-sama mengumpulkan tiga gelar juara.

Jerman paling sering mencapai di final, yaitu sebanyak enam kali, dengan separuhnya sebagai tim Jerman Barat.

Selanjutnya Perancis dan Italia menyusul di belakang Tim Panser dan skuad Matador dengan torehan dua titel.

Sementara, ada enam negara yang masing-masing mengoleksi satu trofi, yakni Rusia/Uni Soviet, Ceko/Cekoslovakia, Denmark, Yunani, Belanda, serta Portugal.

Selain 10 negara yang menjadi juara, ada tiga negara yang menjejak hingga ke babak final. Mereka adalah Serbia (yang kala itu menjadi bagian Yugoslavia) dua kali mencapai babak final (1960, dan 1968), Belgia (1980,) dan Inggris (2020).

Italia merupakan negara terakhir yang menjadi kampiun Eropa. Gli Azzuri meraih trofi untuk kedua kalinya di EURO 2020 setelah mengalahkan Inggris di partai puncak lewat adu pinalti 3 – 2.

Sumber Data:Union of European Football Associations (UEFA)

Infografik:Albertus Erwin Susanto

Pengolah Data:Dwi Erianto

Editor:Topan Yuniarto

Banyak yang meremehkan Los Blancos jelang final melawan Liverpool, namun pada akhirnya mereka tetap menegaskan status sebagai raja Eropa.

Di luar Stade de France, terjadi kekacauan, gas air mata, gerbang yang ditutup, dan antrean penonton yang mengular.

Tapi di dalam, ada ketertiban. Segala momen yang berjalan secara natural.

Real Madrid memang kalah dominan dari Liverpool di final Liga Champions, setidaknya secara statistik, namun mereka bisa mencetak gol dan pada akhirnya keluar sebagai pemenang.

Itulah yang mereka lakukan, terutama dalam kompetisi ini.

Seperti pada periode perpanjangan waktu melawan Chelsea dan Manchester City, begitu Madrid unggul, mereka sulit digoyahkan. Liverpool mengurung pertahanan mereka, tapi Thibaut Courtois tampil luar biasa hingga sulit ditembus.

Sang raja Eropa mengangkan rekor Piala Eropa ke-14 di Paris, meninggalkan pesaing terdekat mereka, AC Milan, yang punya tujuh trofi. Pelatih Carlo Ancelotti telah memenangkan kompetisi ini empat kali, lebih banyak dari manajer lainnya.

Real Madrid telah memenangkan lima trofi Liga Champions dalam sembilan musim, rekor yang tak tertandingi oleh tim mana pun - selain mereka sendiri, yang juga memenangkan lima edisi pertama turnamen tersebut, dari tahun 1956-1960.

Los Blancos mendominasi sepakbola Eropa sejak mereka pertama kali dibentuk dan bahkan sekarang, ketika mereka mengklaim bahwa ini adalah tahun mereka, tidak ada yang bisa menghentikan mereka.

Ada perjalanan ajaib untuk mencapai final, dimulai ketika penjaga gawang Paris Saint-Germain, Gianluigi Donnarumma blunder memberikan bola kepada Karim Benzema di kotak penaltinya sendiri pada awal Maret lalu.

Tim Prancis unggul 2-0 secara agregat dengan kurang dari setengah jam pertandingan tersisa, dengan Kylian Mbappe dan rekan-rekannya. setelah mendominasi 150 menit yang sudah mereka mainkan sejauh itu.

Tapi begitu Donnarumma memberikan ruang bagi Madrid untuk bangkit sekecil apa pun, mereka memanfaatkannya dengan optimal, dan kemudian bahkan berlanjut hingga ke London, Manchester dan kemudian Paris. Dan akhirnya, mereka kembali ke ibukota Spanyol dan Plaza de Cibeles, di mana mereka akan merayakan kemenangan mereka dengan puluhan ribu pendukung.

Mereka memiliki keajaiban melawan Chelsea, di mana saat tertinggal 3-0 di leg kedua, mereka membutuhkan assist yang luar biasa dari Luka Modric kepada Rodrygo untuk memaksakan perpanjangan waktu.

Lalu keajaiban lain datang saat jumpa Manchester City, dua gol hanya dalam waktu satu menit di menit akhir dari Rodrygo lagi-lagi membuat pertandingan harus berlanjut ke perpanjangan waktu.

Tapi di final, mereka tidak membutuhkan momen Rodrygo, atau keajaiban lainnya, kecuali jika Anda ingin menggambarkan performa Courtois seperti itu.

Courtois tampil luar biasa bagi Madrid setiap kali mereka membutuhkannya, seperti di Paris, terutama menghentikan aksi awal Mohamed Salah, serta menghasilkan penyelamatan magisterial untuk menangkal ancaman Sadio Mane.

Penyelamatannya terhadap aksi Mane, yang mengarahkan bola ke tiang tangan kanannya, adalah penyelamatan yang terbukti krusial dan menjadi titik paling penting dalam perjalanan Madrid ke tangga juara.

Madrid mengira mereka telah memimpin melalui Karim Benzema sebelum turun minum, tetapi gol itu dianulir karena off-side yang sangat bisa diperdebatkan karena bola sedikit mengenai Fabinho sebelum menuju padanya.

Namun, pada menit ke-59, mereka memimpin melalui aksi Vinicius Junior, yang mencetak gol setelah menerima umpan brilian dari Fede Valverde.

Setelah itu, Courtois dan Madrid mati-matian mempertahankan keunggulan. Peluang terbaik Liverpool jatuh ke tangan Salah, namun sang kiper menggunakan lengan bawahnya untuk memblok upaya pemain Mesir itu.

Tidak ada cerita balas dendam yang diwujudkan oleh Salah kali ini, Courtois-lah yang memastikan cerita itu tidak terjadi.

Sang kiper Belgia, yang telah menikmati musim yang luar biasa dan akhirnya melampaui level yang ia capai di Atletico Madrid dan tidak mampu menyamainya di Chelsea, adalah pilar kekuatan utama Madrid di bawah mistar.

Courtois membuat sembilan penyelamatan, sebuah rekor baru di final Liga Champions sejak Opta mulai mengumpulkan data, dan dengan 59 penyelamatan, ia juga mencatatkannya lebih banyak dalam satu kampanye daripada kiper lainnya.

"Kemarin dalam konferensi pers saya mengatakan bahwa ketika Madrid memainkan final, mereka menang. [Sekarang] saya berada di sisi sejarah yang baik," kata Courtois kepada BT Sport.

"Saya melihat banyak tweet datang kepada saya mengatakan bahwa saya akan jadi bulan-bulanan hari ini, tapi sebaliknya.

"Hari ini saya perlu memenangkan final untuk karier saya, untuk semua kerja keras, mendapatkan respek untuk nama saya karena saya merasa tidak terlalu dihargai, terutama di Inggris. Saya melihat banyak kritikan bahkan setelah menjalani musim yang hebat."

Jika Anda tidak bisa mengalahkan mereka, bergabunglah dengan mereka, pikir Courtois setelah kalah di final 2014 dengan Atletico melawan Real Madrid.

Saat itu, Los Blancos membutuhkan comeback menakjubkan lainnya; kali ini Courtois memastikan lawan tidak melakukannya.

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

Wenn dies deiner Meinung nach nicht gegen unsere Gemeinschaftsstandards verstößt,

Let’s watch this show on the app!

Scan this QR to download the Vidio app.

© 2024 — Senayan Developer Community

Dortmund - Cristiano Ronaldo mencapai semua rekor di kompetisi Liga Champions dan terbaru di Euro. CR7 bak menjadi 'Raja' di Eropa!

Henry Delaunay, menjadi sosok di balik hadirnya Piala Eropa. Sekjen Pengurus Sepak Bola Perancis tersebut melihat perlu menyatukan beragam turnamen di Eropa dalam satu liga gabungan se-Eropa. Saat ini sudah ada Kejuaraan Inggris yang hadir sejak 1883, Piala Nordic yang dimulai tahun 1924, serta Kejuaraan Eropa Tengah di Austria sejak 1927.

Delaunay merupakan salah satu sosok berpengaruh dalam persepakbolaan dunia dan Eropa. Bersama Jules Rimet, Delaunay ikut mendirikan Fédération Internationale de Football Association (FIFA) yang pada akhirnya menggelar Piala Dunia 1930 di Uruguay.

Demi mewujudkan turnamen antarnegara Eropa, Delaunay melobi berbagai negara Eropa Barat maupun Eropa Timur sejak 1950-an. Pada 15 Juni 1954, Delaunay ditunjuk menjadi wakil Perancis saat pembentukan asosiasi sepak bola nasional Eropa atau Union of European Football Associations (UEFA) yang juga digagas negara Belgia dan Italia. Sayangnya, Delaunay tutup usia sebelum kejuaraan sepak bola Eropa atau European Nations Cup yang pertama dilaksanakan tahun 1968.

Sebagai penghargaan atas perannya, trofi yang diperebutkan dalam Piala Eropa atau The European Championship Cup diberi nama Trofi Henry Delaunay. Trofi ini selanjutnya diperebutkan tiap empat tahun.

Laga perdana babak penyisihan kejuaran sepak bola Eropa atau European Nations Cup yang pertama digelar pada 28 September 1958 di Stadion Tsentralni Lenin, Moskwa, Uni Soviet. Pertandingan penyisihan pertama antara Uni Soviet melawan Hungaria. Babak penyisihan hingga perempat final menggunakan sistem gugur dua leg. Sementara itu, putaran final (semifinal dan final) dipusatkan di Perancis.

Namun, beberapa negara seperti Italia, Jerman Barat, maupun Inggris belum ikut serta. Dari 33 negara yang diundang, hanya 17 negara yang ikut serta di European National Cup tahun 1960. Saat turnamen dimulai di Perancis, jumlah rata-rata penonton di stadion hanya sekitar 10.000 orang. Final Uni Soviet – Yugoslavia di Stadion Parc des Princes di Paris, ditonton sekitar 17.000 orang. Kala itu, Uni Soviet mengalahkan Yugoslavia 2-1, melalui perpanjangan waktu. Kiper Uni Soviet, Lev Yashin menjadi bintang Piala Eropa 1960.

Partisipasi negara-negara di Eropa meningkat di perhelatan European National Cup kedua tahun 1964. Dari 33 negara yang diundang, ada 29 negara yang berpartisipasi. Spanyol ditunjuk sebagai tuan rumah untuk pertandingan semifinal dan final. Babak penyisihan diselenggarakan dengan sistem kandang dan tandang, sampai babak perempat final. Partai final antara Spanyol dan Uni Soviet, di Stadion Chamatin, Madrid, mencatat rekor jumlah penonton, 120.000 orang. Spanyol menang dengan skor 2-1 atas Spanyol.

KOMPAS/MH SAMSUL HADI

Sehari menjelang kick off Piala Eropa 2012, Kamis (7/6/2012), fan zone di kompleks Palace of Culture and Science, Warsawa, Polandia, sudah menghadirkan pesta berupa pertunjukan musik. Lebih dari 10.000 warga tumpah ruah di tempat tersebut.

Kejuaraan sepak bola Eropa yang ketiga, pada tahun 1968, resmi disebut The European Championship, yang sebelumnya disebut European Nations Cup. Turnamen 1968 memakai sistem babak penyisihan grup (delapan grup) menggantikan sistem gugur di turmanen sebelumnya. Perubahan juga dilakukan pada putaran kualifikasi dengan memberlakukan format grup. Sementara, format empat besar dengan satu negara tuan rumah tetap dipakai. Tuan rumah baru dipilih setelah peserta empat besar diketahui.

Italia menjadi tuan rumah penyelenggaraan putaran final. Tiga stadion dipilih untuk mementaskan semifinal, perebutan tempat ketiga, serta final, yaitu Comunale di Florence, San Paolo di Napoli, dan Olimpico di Roma.

Selain diikuti 31 negara, untuk pertama kalinya juara dan finalis Piala Dunia 1966, Inggris dan Jerman Barat (Jerbar), ikut serta. Juara ketiga Piala Dunia 1966, yakni Portugal, Uni Soviet, Spanyol, Italia, Perancis, dan Belanda pun turut serta.

Sayangnya, Jerman Barat dan Belanda gagal di penyisihan grup. Sedangkan, Italia-Uni Soviet dan Yugoslavia-Inggris lolos ke babak final. Final Italia-Yugoslavia dilakukan dua kali, karena yang pertama berakhir dengan skor 1-1. Dalam final ulangan, dua hari setelah final pertama Italia menang 2-0.

Ketertarikan negara Eropa untuk turut serta di The European Championship bertambah pada perhelatan tahun 1972. Kejuaraan sepak bola Piala Eropa tahun 1972 diikuti 32 negara. Babak penyisihan dibagi menjadi delapan grup, masing-masing diisi empat negara. Belgia ditunjuk sebagai tuan rumah untuk partai semifinal dan final. Namun, Jerman Barat menjadi juara mengalahkan Uni Soviet dengan skor 3-0.

Penjaga gawang Bulgaria, Daniel Naumov memblok bola tendangan pemain Perancis pada pertandingan persahabatan sebagai pemanasan menjelang turnamen Piala Eropa 2020 di Stade De France, Saint-Denis, Paris, Rabu (9/6/2021) dini hari WIB.

Real Madrid mempertegas dominasi mereka di Eropa. Los Blancos sukses meraih gelar Liga Champhions ke-15 setelah mengalahkan Borussia Dortmund 2-0 di babak final.

Juara Liga Champions 2023/24 memantapkan mereka di urutan teratas daftar juara kompetisi terelite di Eropa. Mereka layak disebut 'si Raja Eropa'.

Bermain di Wembley, London, Minggu (2/6/2024), Madrid yang sempat tertekan di babak pertama sukses memecah kebuntuan berkat sundulan Dani Carvajal lewat sepak pojok di menit ke-74. Lewat serangan balik, Vinicius Junior mencetak gol kedua pada menit ke-83.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir dari detikSport, kemenangan ini memberikan trofi ke-15 untuk Madrid sejak European Cup pertama digelar pada 1955/56 lalu berubah format menjadi Liga Champions pada 1992/93. El Real juga tak terkalahkan dalam sembilan final beruntun sejak 1998.

Madrid semakin menjauh dari kejaran AC Milan yang memiliki tujuh gelar juara namun terakhir meraihnya pada 2007 silam. Bayern Munich yang sempat juara pada 2020 silam dan Liverpool yang lima tahun lalu menjadi kampiun menyusul di belakang dengan enam trofi.

Barcelona baru memiliki lima trofi, atau sepertiga punya Madrid. Mereka terakhir kali juara pada 2015, saat Lionel Messi masih berada di sana. Ajax berada di urutan berikutnya dengan empat titel, namun sudah puasa sejak 1995.

Inter Milan dan Manchester United sama-sama memiliki tiga trofi namun sudah lebih dari sedekade berlalu sejak masa kejayaan mereka. Chelsea, Porto, Juventus, Nottingham Forest, dan Benfica masing-masing sudah meraih dua gelar.

10 tim lainnya pernah mengukir sejarah dengan sekali mencicipi rasanya menjadi juara, termasuk Dortmund pada 1997. Upaya mereka menambah gelar pada 2013 dan 2024 berujung kegagalan di final.